cahya islam

Ikhlas

Posted on: 22 Mei 2009

Dalam Rukun Iman keenam menyebutkan bahwa umat Muslim wajib mempercayai takdir dan ketentuan Allah SWT (Qada dan Qadar). Artinya, Allah SWT memiliki kuasa penuh atas jagad raya dan isinya, termasuk manusia sebagai salah satu ciptaan-Nya. Sebagai Sang Pencipta, Allah SWT sudah menuliskan takdir atas hambanya jauh sebelum ia dilahirkan ke dunia. Oleh karena itu, sebagai manusia kita hanya dapat menyempurnakan ikhtiar dengan melakukan amalan-amalan soleh dengan hati yang ikhlas.

Islam menganjurkan umatnya agar ikhlas dalam melakukan segala perbuatan. Ikhlas dalam beribadah, ikhlas dalam beramal, ikhlas dalam bekerja, ikhlas dalam menerima jalan hidup yang telah digariskan oleh Allah SWT.

Ikhlas artinya bersih, murni. Ikhlas dalam beribadah dan beramal soleh yaitu semata-mata hanya untuk Allah SWT dan mengharap ridho dari-Nya. Allah sangat mencintai umatnya yang beribadah dengan ikhlas. Seperti sabda Rasulullah SAW, “Hendaknya engkau beribadah kepada Allah seolah-oleh engkau melihat-Nya. Maka jika engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu.” (HR. Muslim).

Ciri seorang mukmin yang ikhlas yaitu tidak mengharapkan pujian dari orang lain. Ia pun tidak mengharapkan balasan yang muluk-muluk dari Allah SWT, melainkan pahala, rahmat, dan ridho dari Alah SWT. Sebaliknya, bila seseorang melakukan suatu perbuatan bukan karena Allah maka ia akan terjerumus dalam perbuatan dosa, yaitu riya. Rasulullah SAW telah memperingati kita akan penyakit hati ini, “Sesungguhnya yang aku khawatirkan atas diri kalian adalah syirik kecil, yaitu riya.” (HR. Ahmad Shahih).

Selain ikhlas dalam beribadah dan beramal soleh, ikhlas juga dibutuhkan oleh setiap manusia dalam menerima takdir dan ketentuan Allah SWT. Kesenangan, kesusahan, kehidupan, kematian, dan lain sebagainya merupakan rahasia Allah yang tidak satupun manusia mengetahuinya lebih dulu. Seseorang yang ikhlas berarti ia dapat menerima apa yang telah Allah berikan kepadanya, tentunya setelah ikhtiar yang telah dilakukannya.

Ciri seorang mukmin yang ikhlas yaitu tidak cepat kecewa dan putus asa. Bila dalam doa dan usahanya Allah belum memberinya, ia akan menerimanya dengan keikhlasan. Begitupun bila Allah telah mengabulkan doanya dan memenuhi permintaannya, ia akan bersyukur dan menerimanya dengan hati yang ikhlas pula. Dengan keikhlasan, hatinya akan menjadi lapang dan Allah pun memberkahinya.

Dikisahkan pada suatu hari Ali bin Abi Thalib menemui ‘Adi bin Hatim yang nampak kusut masai. Raut mukanya menggambarkan kesedihan yang berat. Ali bin Abi Thalib bertanya padanya, “Mengapa engkau tampak bersedih hati?” Adi menjawab, “Bagaimana aku tidak sedih, sedangkan dua orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran.” Ali menyahut, “Barang siapa ridho terhadap takdir Allah, maka takdir itu tetap berlaku atasnya dan ia mendapatkan pahala-Nya. Dan barang siapa yang tidak ridho terhadap takdir-Nya, maka takdir itu pun tetap berlaku atasnya dan terhapuslah pahalanya.”

Untuk itu, setiap umat muslim hendaknya ikhlas dan ridho atas apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Sehingga dalam mengalami suatu ujian yang diberikan Allah SWT, kita tetap bisa bertawakal kepada-Nya.
Wallahu’alam

2 Tanggapan to "Ikhlas"

semoga selalu bs menyejukkan hati, terimakasih.

Izin share artikel nya sangat bagus membangun. semoga kita menjadi pribadi pribadi yang selalu ikhlas dengan ketentuannya.

Tinggalkan Balasan ke osyi Batalkan balasan

Status YM Saya

Kategori

Arsip

Mei 2009
J S M S S R K
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  

Statistik Blog

  • 2.618.851 hits

Laman